Kerja sekecil apapun jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, percayalah, ia akan menghasilkan dampak yang sangat besar.

Rabu, 02 Mei 2012

LIMA GOLONGAN


Ukhuwah-Mei

Tadi hari, di bawah teriknya mentari yang menyinari alam Subang, seperti pekan-pekan sebelumnya kami duduk melingkar di bawah deru kipas angin yang gerakannya mampu membuat keringat-keringat yang mengucur menguap seketika. Sepekan lamanya kami tidak berjumpa, kangen rasanya. Alhamdulillah Allah kembali memberi kami kesempatan di tengah kesibukan yang tiada tara (sedikit hiperbola sih, karena tentu tak sesibuk Rasululullah semasa hidupnya dulu). Ya, ini lingkaran yang selalu saya rindukan bulatannya, lingkaran di mana saya akan mendapat banyak tetes kesejukan di tengah tandusnya gurun futur yang kadang menyerang.


Baiklah, maksud hati bukan ingin menunjukan seperti apa lingkaran tersebut, akan tetapi saya ingin membagikan hal yang didapat dari ligkaran tersebut. Inilah halnnya:

Berdasarkan ilmu pengetahuannya, manusia digolongkan ke dalam beberapa golongan, di antaranya  lima golongan hal yang kami bahas hari ini. Kelimanya ialah:
1.       manusia yang tidak tahu dan tidak mencari tahu,
2.       manusia yang tidak tahu tapi ia ingin tahu dan akhirnya mencari tahu,
3.       manusia yang tidak tahu tapi ia seolah-olah tahu,
4.       manusia yang tahu tapi ia seolah-olah tahu, dan
5.       Manusia yang tahu dan ia memberi tahu.

Golongan pertama, manusia yang tidak tahu dan tidak mau tahu
Golongan ini bisa dikatakan sebagai yang terbelakang. Mereka sama sekali tidak punya pengetahuan dan celakanya mereka juga enggan mencari tahu. Maka tak heran jika hidupnya ada di alam kegelapan. Ya, kegelapan ilmu pengetahuan. Mereka lebih bersikap narima (itu bahasa Sunda yang artinya menerima apa adanya) tanpa adanya usaha ingin tahu dan mencari tahu. Hidupnya akan statis, dan bisa dipastikan golongan ini akan dengan mudah tergilas arus zaman yang kian hari kian berkembang.

Golongan kedua, manusia yang tidak tahu tapi ia ingin tahu dan akhirnya mencari tahu
Berbeda dengan golongan pertama, golongan ini meskipun berada pada titik awal yang sama dengan golongan pertama, namun mereka akan jauh berbeda di titik selanjutnya. Manusia yang ada dalam golongan ini tidak menjadikan rasa tidak tahu sebagai akhir dari hidupnya. Bagi mereka, ketidaktahuan adalah modal awal untuk melangkah ke tahap selajutnya. Akhirnya, bagi mereka akan ada dua kemungkinan, yaitu menjadi orang yang tahu, atau tetap menjadi orang yang tidak tahu. Meskipun satu dari dua kemungkinan tersebut adalah tetap tidak tahu, akan tetapi tentu ada pembeda yang cukup krusial yang membedakan mereka dari golongan pertama, yaitu proses yang akan mebuahkan pengalaman pencarian. Meskipun pada akhirnya mereka tetap tidak tahu, bukan merarti mereka tidak mendapat apa-apa, melainkan bahwa mereka mendapatkan pengalaman; satu hal yang tidak didapatkan oleh orang-orang golongan petama.


Golongan ketiga, manusia yang tidak tahu tapi ia seolah-olah tahu
Golongan ketiga ini lebih dikenal sebagai manusia yang sok tahu. Dalam beberap hal, golongan seperti ini cukup membahayakan. Mereka bisa mengakibatkan kekacauan karena ketidaktahuan mereka. Jika mereka beraksi, mekipun setengah dari aksinya mungkin bisa jadi adalah hal yang benar, akan tetapi jika hal ini dilihat dari sudut pandang kehati-hatian maka adalah lebih baik untuk diam daripada bersikap sok tahu, tentu saja hal in berlaku jika pilihannya hanya ada dua, yaitu diam atau berbicara tapi tanpa dasar pengtahuan yang benar.

Golongan keempat, manusia yang tahu tapi ia seolah-olah tidak tahu
Manusia golongan ini tentu saja lahir dari golongan kedua. Mulanya mereka tidak tahu (ya, itu memang fitrah awal setiap manusia; berada dalam ketidaktahuan) akan tetapi mereka tidak diam dalam ketidaktahuan; mereka mencari tahu. Akan tetapi, setelah mereka mendapatkan pengetahuan, mereka enggan membaginya dengan yang lain. Dalam beberapa kondisi, golongan seperti ini akan disebut golongan pelit pengetahuan.

Golongan kelima, manusia yang tahu dan ia memberi tahu
Golongan inipun sama halnya dengan golongan keempat. Mulanya mereka tidak tahu, kemudian mencari tahu. Perbedaannya adalah ketika mereka sudah mendapatkan pengetahuannya mereka akan dengan senang hati membagikannya kepada orang lain.

Itulah klima golongan manusia berdasarkan ilmu pengtahuan yang kami bahas.

Lalu bagaimana sebaiknya kita memposisikan diri?
Sebagai seorang muslim, maka sudah semestinya kita mengembalikan segala sesuatu berdasarkan sumber hukum tertinggi yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Pun dalam memposisikan diri terhadap kelima golongan tersebut, terlebih dahulu hendaknya kita memperhatikan bagaimana Al-Qur’an mengatur hal tersebut.

Berikut ini saya kutipkan beberapa dalil yang akan menuntun kita untuk memposisikan diri dalam kelima golongan tersebut.

“Ya, Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS Thaha:114)

“....Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui? Sebenarnya, hanya orang-orang yang berakal sehat saja yang dapat menerima pelajaran.” (QS Az-Zumar:9)

“Sesuungguhnya yang takut kepada Allah di atara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS Fathir: 28)

Dari mu’awiyyah ra, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa dikehendaki oleh Allah menjadi baik, maka Dia memberikan kepahaman (ilmu) masalah agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Darda’ ra, ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menunu surga. Dan sesungguhnya malaikat membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena puas dengan apa yang diperbuatnya, dan bahwasanya penghuni langit dan bumi sampai ikan di lautan memintakan ampun kepada orang yang pandai. Kelebihan orang alim terhadap abid (orang ahli ibadah namun tidak alim), bagaikan akelebihan bulan purnama terhadap bintang-bintang yang lain  sesungguhnya ulama adala pewaris para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, namun para nabi mewariskan ilmu pengetahuan. Maka barangsiapa mengambil (menuntut) ilmu, maka ia sudah mengambil bagian yang sempurna.” (HR. Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya (tidak mau menjawab dengan sebenarnya), maka kelak di hari kiamat ia akan dikendalikan dengan kendali dari api neraka.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

Itulah yang saya dapatkan dari lingkaran kami hari ini. Hmmmm... jadi kangen, ingin segera pekan depan. ^^

Semoga bermanfaat.
Wallahu’alam bishawwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar