Ukhuwah-Mei
Tadi hari, di bawah teriknya
mentari yang menyinari alam Subang, seperti pekan-pekan sebelumnya kami duduk
melingkar di bawah deru kipas angin yang gerakannya mampu membuat keringat-keringat
yang mengucur menguap seketika. Sepekan lamanya kami tidak berjumpa, kangen
rasanya. Alhamdulillah Allah kembali memberi kami kesempatan di tengah
kesibukan yang tiada tara (sedikit hiperbola sih, karena tentu tak sesibuk Rasululullah semasa hidupnya dulu). Ya,
ini lingkaran yang selalu saya rindukan bulatannya, lingkaran di mana saya akan
mendapat banyak tetes kesejukan di tengah tandusnya gurun futur yang kadang
menyerang.
Baiklah, maksud hati bukan
ingin menunjukan seperti apa lingkaran tersebut, akan tetapi saya ingin
membagikan hal yang didapat dari ligkaran tersebut. Inilah halnnya:
Berdasarkan ilmu pengetahuannya,
manusia digolongkan ke dalam beberapa golongan, di antaranya lima golongan hal yang kami bahas hari ini. Kelimanya
ialah:
1.
manusia yang tidak tahu dan tidak mencari tahu,
2.
manusia yang tidak tahu tapi ia ingin tahu dan
akhirnya mencari tahu,
3.
manusia yang tidak tahu tapi ia seolah-olah
tahu,
4.
manusia yang tahu tapi ia seolah-olah tahu, dan
5.
Manusia yang tahu dan ia memberi tahu.
Golongan pertama, manusia yang
tidak tahu dan tidak mau tahu
Golongan ini bisa dikatakan
sebagai yang terbelakang. Mereka sama sekali tidak punya pengetahuan dan celakanya
mereka juga enggan mencari tahu. Maka tak heran jika hidupnya ada di alam
kegelapan. Ya, kegelapan ilmu pengetahuan. Mereka lebih bersikap narima (itu bahasa Sunda yang artinya
menerima apa adanya) tanpa adanya usaha ingin tahu dan mencari tahu. Hidupnya akan
statis, dan bisa dipastikan golongan ini akan dengan mudah tergilas arus zaman
yang kian hari kian berkembang.
Golongan kedua, manusia yang
tidak tahu tapi ia ingin tahu dan akhirnya mencari tahu
Berbeda dengan golongan
pertama, golongan ini meskipun berada pada titik awal yang sama dengan golongan
pertama, namun mereka akan jauh berbeda di titik selanjutnya. Manusia yang ada
dalam golongan ini tidak menjadikan rasa tidak tahu sebagai akhir dari
hidupnya. Bagi mereka, ketidaktahuan adalah modal awal untuk melangkah ke tahap
selajutnya. Akhirnya, bagi mereka akan ada dua kemungkinan, yaitu menjadi orang
yang tahu, atau tetap menjadi orang yang tidak tahu. Meskipun satu dari dua
kemungkinan tersebut adalah tetap tidak tahu, akan tetapi tentu ada pembeda
yang cukup krusial yang membedakan mereka dari golongan pertama, yaitu proses
yang akan mebuahkan pengalaman pencarian. Meskipun pada akhirnya mereka tetap
tidak tahu, bukan merarti mereka tidak mendapat apa-apa, melainkan bahwa mereka
mendapatkan pengalaman; satu hal yang tidak didapatkan oleh orang-orang
golongan petama.
Golongan ketiga, manusia yang
tidak tahu tapi ia seolah-olah tahu
Golongan ketiga ini lebih
dikenal sebagai manusia yang sok
tahu. Dalam beberap hal, golongan seperti ini cukup membahayakan. Mereka bisa
mengakibatkan kekacauan karena ketidaktahuan mereka. Jika mereka beraksi, mekipun
setengah dari aksinya mungkin bisa jadi adalah hal yang benar, akan tetapi jika
hal ini dilihat dari sudut pandang kehati-hatian
maka adalah lebih baik untuk diam daripada bersikap sok tahu, tentu saja hal in berlaku jika pilihannya hanya ada dua,
yaitu diam atau berbicara tapi tanpa dasar pengtahuan yang benar.
Golongan keempat, manusia yang tahu
tapi ia seolah-olah tidak tahu
Manusia golongan ini tentu
saja lahir dari golongan kedua. Mulanya mereka tidak tahu (ya, itu memang
fitrah awal setiap manusia; berada dalam ketidaktahuan) akan tetapi mereka tidak
diam dalam ketidaktahuan; mereka mencari tahu. Akan tetapi, setelah mereka
mendapatkan pengetahuan, mereka enggan membaginya dengan yang lain. Dalam beberapa
kondisi, golongan seperti ini akan disebut golongan pelit pengetahuan.
Golongan kelima, manusia yang
tahu dan ia memberi tahu
Golongan inipun sama halnya
dengan golongan keempat. Mulanya mereka tidak tahu, kemudian mencari tahu. Perbedaannya
adalah ketika mereka sudah mendapatkan pengetahuannya mereka akan dengan senang
hati membagikannya kepada orang lain.
Itulah klima golongan manusia
berdasarkan ilmu pengtahuan yang kami bahas.
Lalu bagaimana sebaiknya kita
memposisikan diri?
Sebagai seorang muslim, maka
sudah semestinya kita mengembalikan segala sesuatu berdasarkan sumber hukum
tertinggi yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Pun dalam memposisikan diri terhadap
kelima golongan tersebut, terlebih dahulu hendaknya kita memperhatikan
bagaimana Al-Qur’an mengatur hal tersebut.
Berikut ini saya kutipkan
beberapa dalil yang akan menuntun kita untuk memposisikan diri dalam kelima
golongan tersebut.
“Ya, Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS Thaha:114)
“....Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang tidak
mengetahui? Sebenarnya, hanya orang-orang yang berakal sehat saja yang dapat
menerima pelajaran.” (QS Az-Zumar:9)
“Sesuungguhnya yang takut kepada Allah di atara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama.” (QS Fathir: 28)
Dari mu’awiyyah ra, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa dikehendaki oleh Allah menjadi
baik, maka Dia memberikan kepahaman (ilmu) masalah agama.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menunu surga. Dan sesungguhnya malaikat membentangkan
sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena puas dengan apa yang
diperbuatnya, dan bahwasanya penghuni langit dan bumi sampai ikan di lautan
memintakan ampun kepada orang yang pandai. Kelebihan orang alim terhadap abid
(orang ahli ibadah namun tidak alim), bagaikan akelebihan bulan purnama
terhadap bintang-bintang yang lain
sesungguhnya ulama adala pewaris para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham, namun para nabi mewariskan ilmu pengetahuan. Maka barangsiapa mengambil
(menuntut) ilmu, maka ia sudah mengambil bagian yang sempurna.” (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu
kemudian ia menyembunyikannya (tidak mau menjawab dengan sebenarnya), maka
kelak di hari kiamat ia akan dikendalikan dengan kendali dari api neraka.” (HR.
Abu Dawud dan Tirmidzi).
Itulah yang saya dapatkan dari
lingkaran kami hari ini. Hmmmm... jadi
kangen, ingin segera pekan depan. ^^
Semoga bermanfaat.
Wallahu’alam bishawwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar