Di sekolah tempat saya mengajar
setiap guru diberi bimbingan khusus mengenai kurikulum pembelajaran dan
bimbingan masalah kesiswaan. Kedua bimbingan ini dilaksanakan secara rutin
setiap 2 pekan sekali. Pembimbing program ini adalah wakil kepala sekolah bidang
kurikulum untuk bimbingan kurikulum pembelajaran dan wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan untuk bimbingan kesiswaan. Dengan adanya program ini, setiap guru
diharapkan dapat semakin cerdas dalam mendidik para siswa, baik pedidikan akademik
maupun pendidikan akhlak.
Sebagai salah satu guru yang turut
dibimbing, saya merasa program ini sangat membantu dalam mengelola murid-murid
saya selama belajar. Terlebih dalam bimbingan kesiswaan, karena selain mengajar
saya juga di amanahi sebagai wali kelas, sehingga dituntut untuk memahami lebih
dalam kondisi dan karakter para siswa kelas saya. Melalui bimbingan ini, saya
bersama-sama dengan pembimbing dapat menyelesaikan dengan mudah berbagai masalah
yang timbul di dunia kesiswaan. Saya berharap semoga program ini dapat ditiru
oleh sekolah-sekolah lainnya.
Di antara sekian kali bimbingan
saya dengan wakasek kesiswaan, ada satu bimbingan yang saya pikir hasilnya baik
juga untuk diketahui oleh orang lain, khususnya para guru dan orang tua, yaitu
mengenai pola asuh.
Pola asuh dalam mendidik anak
adalah hal yang mutlak diperhatikan oleh orang tua para dan guru. Ia ibarat
kondisi silet yang digunakan untuk mencukur janggut. Jika silet yang digunakan tajam,
maka janggut yang dicukur akan mudah dirontokkan, akan tetapi, jika silet yang
digunakannya tumpul apalagi bagian tepinya sudah bergerigi atau berkarat, maka
janggut yang dicukurpun akan sulit rontok dan akan meninggalakn rasa sakit pada
kulit di sekitar janggut (para bapak tentu lebih faham mengenai urusan ketajaman
silet dan janggut ini). Begitupun dengan pola asuh, ia adalah alat yang
digunakan dalam mencetak peserta didik, jika pola yang digunakan kasar maka
hasilnyapun akan kasar. Intinya, pola yang digunakan dalam mendidik berbanding
lurus dengan hasil didikan. Agar lebih jelas dan memahami lebih dalam, silakan
Anda dapat membuat perumpamaan sendiri yang bisa lebih Anda pahami. Saya yakin
Andapun memposisikan pola asuh ini sebagai hal yang penting, bukan?
Berikut ini adalah berbagai macam
pola asuh orang tua dan dampaknya bagi anak:
No
|
Pola asuh
|
Ciri
|
Dampak
|
|
1
|
Pasif
|
Permisiveness (pembolehan)
|
Orang tua memberikan kebebasan untuk berfikir/berusaha,cenderung
membrikan kebtuhan pada anak, toleran dan memahami kelemahan anak, menganggap
anak kuat, sangat terbuka kepada anak (selalu menerima ide anak).
|
Anak pandai mencari jalan keluar, dapat bekrjasma,
Percaya diri, penuntut dan tidak sabaran
|
Submission (penyerahan)
|
Senantiasa memberikan sesuatu
yang diminta anak, membiarkn anak berprilaku semaunya di rumah.
|
Anak jadi tidak patuh, tidak
bertanggung jawab, agresif&teledor, otorit
|
||
Rejection (penolakan)
|
Orang tua bersikap masa
bodoh, bersikap kaku, kurang memperhatikan kesejahteraan anak, menampilkan
sikap permsuhan atau dominasi tehadap anak
|
Agresif (mudah marah, gelisah,
tidak patuh, keras kepala, suka bertengkar & nakal), submisive (kurang dapat
mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkn dri, mudah tersinggung & penakut),
sulit bergaul, pendiam sadis.
|
||
2
|
Otoriter
|
Overprotection (trlalu
mlindungi)
|
Kontak yang berlebihan dengan
anak (over prhatian), perawatan/pembrian bantuan yang terus menerus meskipun
anak sudah mampu merawat drinya sendiri, mengawasi kegiatan anak secara berlebihan,
selalu memecahkan masalah anak/anak tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri, tidak mempercayai kemampuan anak, selalu mengkhawatirkan
kondisi anak
|
Memunculkan perasaan yang
tidak aman, mudah merasa gugup, melarikan diri dari kenyataan, sangat ketergantungan,
ingin menjadi pusat perhatian (selalu caper), kurang mampu mengendalikan
emosi, agresif&dengki, lemah dalam "ego strength" (beradaptasi
dengan masalah), aspiratif&toleransi terhadap frustasi (cepat frustasi),
egois/selfish (ego sentries), kurang percaya diri, mudah terpengaruh. Peka
terhadap kritik, bersikap "yes men", trouble maker (pmbuat onar),
suka bertengkar, sulit dalam bergaul, mengalami homesick (betah di rumah)
|
Domination (dominasi)
|
Mendominasi anak dalam segala
hal.
|
Bersikap sopan dan over
hati-hati, pemalu, penurut, inferior dan mudah bingung, tidak dapat
bkerjasama.
|
||
Over dicipline (terlalu
disiplin)
|
Mudah membrikan hukuman,
menanamkan kedisplinan secara keras.
|
Implusif (reaktif, gampang
terpancing/emosional), tidak dapat mengambil keptusan, nakal, sikap bermusuhan/agresif.
|
||
3
|
Demokratis
|
Acceptance (penerimaan)
|
Mmbrikan cinta kasih yang
tulus pada anak, anak ditempatkan dalam posisi yang penting, mengembangkan
hubungan yang hangat dengan anak, brsikap respek kepada anak, medorong anak untuk
menyatkan pendpat atau perasaannya, terjalinnya dialog dengan baik.
|
Mau bekerjasama
(koopertif), bershabat (friendly), loyal, emosi stabil, ceria bersikap
optimis, mau menerima tanggungjawab, jujur, dapat dipercaya, mempunyai rencana
yang tepat dan visioner, bersikap realistik (memahami kekuatan dan kelemahan
diri secara objektif).
|
Otoratif
|
Membrikan kebebasan pada
anak untuk brkreasi dan mengeksplorasi brbgai hal sesuai dengan kemampuan (pengembngan
kognitif positif), membrikan batasan dengan cara yang baik dari ortu (sebagai
pembinaan nilai karakter/kepribadian anak)
|
Anak hidup dengan ceria,
menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orang tua/pendidik,
bisa menghargai&mnghormati, tidak mudah stres&depresi, ebrprestasi
baik, disukai lingkungan.
|
||
4
|
Politik Pola Asuh
|
Pnggabungan semua jenis
pola asuh
|
Menggabungkan semua
jenis pola asuh disesuaikan dengan situasi&kondisi prilaku anak (usahakan
untuk elbih banyak menggunakan pola asuh yang dmokratis).
|
Menjadi anak yang lebih
ideal (brkarakter positif).
|
Dengan mengetahui berbagai pola asuh di atas, para orang tua diharapkan dapat memilih pola asuh yang sesuai dengan hasil yang diharapkan pada anak. Bagi para guru, salah satu manfaat mengetahui pola asuh tersebut adalah seandainya ada siswa dengan karakteristik tertentu, maka guru bisa berasumsi mengenai pola asuh yang dilakukan orang tua pada anak, karena karakter yang muncul pada anak adalah indikator dari penerapan pola asuh oang tua. Sehingga treatment yang dilakukan guru pada siswapun diharapkan sesuai dengan kondisi siswa. Tentu hal ini sifatnya tidak mutlak, mengingat kondisi lingkungan anak, misalnya komunitas bermainpun ikut menyumbang dalam mencetak karakternya, akan tetapi asumsi ini juga dikaitkan dengan bahwa sebagian besar waktu anak dihabiskan di keluarga.
Semoga bermanfaat..^^
Wallahu’alam bisshawwab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar